Mrs. Lee Winston, seorang pakar dari Fakultas Kedokteran bagian ilmu syaraf Universitas Harvard, pada suatu konferensi ilmiah di Amerika mengulas dengan jelas analisa teknik melukis para pelukis tersebut.
Katanya, "Apa yang saya ungkapkan itu adalah beberapa
proses misteri gerakan mata manusia yang sudah diketahui oleh para
seniman." Seperti Monet, jauh sebelumnya telah mengetahui dikotomi
proses pekerjaan visual kita ini, dia mengandalkan pengalaman untuk
memanfaatkan keunikan dan berhasil melukis corak dengan perpaduan
khayalan dimensi yang ada.
Ketika Mrs. Winston
berkunjung ke Paris dan berkesempatan mengamati hasil karya Monet yang
berlatar belakang pelabuhan Le Havre berjudul; "Kesan, Matahari Terbit",
mengukur terangnya sinar matahari. Matahari dalam lukisan itu bagaikan
bola api yang tergantung dilangit hijau keabu-abuan, sangat menyilaukan,
dan matahari yang sangat menyilaukan itupun terpantul pada air diantara
perahu nelayan yang terapung-apung.
Mrs. Winston
mengatakan, pada kenyataannya, matahari yang terlihat di pelabuhan Le
Havre itu tidak begitu menyilaukan dan mencolok mata. Rupanya disebabkan
oleh system visual kita terbagi menjadi dua saluran indera warna dan
indera perasa cahaya. Karena kedua saluran ini tidak saling intervensi,
maka terangnya cahaya matahari divisualkan dalam warna yang
terang-benderang dan menyilaukan mata.
Ketika
Mrs. Winston memotret lukisan Monet tersebut kedalam foto hitam putih,
hasilnya adalah matahari dalam lukisan itu tenggelam dalam warna abu-abu
dan menghilang, ini menjelaskan tingkat terang matahari adalah sama
dengan terangnya langit disekitarnya.
Naluri
Monet mengetahui bahwa sistem visual manusia itu terbagi menjadi dua
fungsi. Namun para ilmuwan sekarang inipun mengetahui bahwa sistem
visual pada binatang-binatang menyusui mempunyai sebuah fungsi yang
dapat melihat ruang tiga dimensi dan pergeseran benda, tapi sistem ini
tidak dapat melihat corak warna, hanya pada manusia dan binatang
ordo-primat saja yang dilengkapi dengan satu fungsi lainnya, yaitu yang
dapat membedakan dan mengenali wajah serta benda, dapat melihat
corak-warna serta punya kemampuan untuk mengevaluasi situasi lingkungan.
Davinci
memanfaatkan bayangan pada sekitar garis rahang bawah subjek, untuk
menguatkan lukisan dibagian mulutnya, oleh karena itu, ketika manusia
memfokuskan pada kedua mata Monalisa atau seluruh latar-belakang pada
lukisan itu, maka akan merasakan bahwa wajah Monalisa penuh dengan
senyuman. Tapi jika memandang langsung ke bagian mulut Monalisa, maka
senyumannya itu pun tidak begitu terlihat dengan nyata.
Menurut
Mrs. Winston, sesungguhnya para pelukis ekspresionis jaman dahulu,
seperti Davinci, ataupun pelukis generasi belakangan, telah menyadari
hakekat fakta ini, tapi para ilmuwan baru pada saat ini tahu tentang
seluk beluk misteri ini.
sumber : (erabaru.net)
0 komentar:
Posting Komentar